Kutu gajah adalah hama yang mengerikan bagi semua penganggrek di Indonesia ataupun dibelahan dunia manapun. Banyak kebun anggrek besar yang akhirnya musnah karena serangan hama yang satu ini. Banyak cerita kebun anggrek yang akhirnya dimusnahkan/dibakar karena mereka tidak mampu lagi mengendalikan serangan kutu gajah.
Kutu gajah (Orchidophillus atterimus) berwarna hitam dengan ukuran 3,5 – 6 mm. Ukuran tubuh jantan lebih besar dari betina. Permukaan kulitnya (termasuk sayap) keras. Di bagian depannya terdapat semacam tanduk tunggal melengkung ke atas, karenanya disebut kutu gajah atau kumbang gajah. Diyakini berasal dari Asia (Philipina, Indonesia, Singapura dan Thailand). Karena tumbuh di tempat asalnya, kumbang ini cepat berbiak di Indonesia dan kebanyakan menyerang anggrek.
Siklus hidupnya hanya butuh waktu dua minggu. Mulai telur ada di dalam daun, pseudobulb maupun batang. Kemudian menetas dan menjadi larva tanpa kaki. Saat menetas, langsung menghisap sari makanan dari bagian tanaman anggrek. Karenanya, tanaman makin lama akan semakin kuning, keriput dan mati.
Setelah larva, menjadi pupa (kepompong), fase persiapan untuk menjadi imago (dewasa). Masa kepompong biasanya terjadi didalam pseudobulb. Ketika menjadi kumbang, wilayah serangannya meluas. Mulai dari daun (terutama yang masih muda), batang dan bunga. Dalah satu tandanya terdapat titik – titik warna coklat bekas tusukan untuk menghisap sari makanan. Selain titik, luka tersebut kadang melebar dan membusuk.
Tusukan kutu gajah ini selain menghisap nutrisi juga bisa menimbulkan infeksi sekunder yaitu jalan masuknya cendawan. Kemampuannya untuk bersembunyi di seludang daun dan lipatan anggrek menjadikan kutu gajah sulit dikendalikan. Dengan insektisida kontak akan susah karena sulit mengenai target. Kalaupun kena, lapisan kulitnya sangat keras hingga susah menembus. Kalau dengan insektisida sistemik susah juga, karena seringnya kutu gajah bersembunyi di jaringan mati, Kecuali untuk larva, insektisida ini bisa diharapkan keberhasilannya. Prinsip kerja insektisida sistemik, bahan aktifnya terserap ke jaringan tumbuhan yang selanjutnya akan diserap oleh hama. Ketika jaringan sudah mati, maka insektisida ini takkan terserap.
Diakui para penganggrek, kumbang gajah adalah hama anggrek yang paling susah dikendalikan.
Cara pertama untuk membasminya yaitu dengan cara manual, diambil satu–satu. Saat matahari sudah terang di pagi hari, biasanya kumbang gajah dewasa akan terlihat merayap di permukaan daun atau terbang dari satu tanaman ke tanaman lain. Saat itulah kutu gajah dapat diambil dengan manual. Hanya saja, kalau anggreknya banyak di kebun yang luas tentu susah dilakukan. Jadi cobalah pilih dan ambil tanaman yang masih bagus. Kemudian teliti jangan sampai ada kumbang yang terbawa. Lantas diisolasi untuk dipelihara lebih lanjut. Tanaman yang diisolasi inipun harus dikontrol. Barangkali saat kita ambil, kumbang dalam fase telur dan larva sehingga tak terlihat. Sisanya yang rusak, terpaksa dimusnahkan.
Cara kedua ada yang mengatakan berhasil dengan menggunakan campuran insektisida sistemik dan kontak. Penganggrek memang kerap mencoba berbagai hal. Ada yang berhasil walau susah dijelaskan dengan teori. Hanya saja, pencampuran berbagai jenis insektisida tersebut hendaknya tetap memerhatikan dosis. Karena jika berlebihan, hama target tetap hidup dan resisten. Justru mematikan organisme lain yang menguntungkan. Laba-laba, katak dan burung adalah predator alami untuk kutu gajah. Kalau ada binatang ini, populasi kumbang gajah menurun.
Cara ketiga, Anggrek (yang kebanyakan anggrek spesies) ditempelkan di pohon. Biarkan anggrek hidup secara alami, jarang dipupuk dan jarang disemprot dengan pestisida. Karenanya predator alami juga hidup nyaman. Manfaatnya, anggreknya bersih dari kutu gajah.
Namun bagaimana jika anggrek kita dalam jumlah banyak? Atau sudah dalam skala nursery yg besar?? Kita tidak akan dapat lagi menempelkan anggrek ke pohon.
Maka ada satu cara yang patut dicoba untuk membasmi kutu gajah. Yaitu dengan menyemprotkan insectisida secara berkala dan serentak dengan cara dengan cara seperti berikut:
Pertama gunakan insectisida kontak, lakukanlah pagi hari dimana kutu gajah punya kebiasaan naik kepermukaan daun atau terbang untuk berpindah ketanaman lain. Tindakan pertama ini berfungsi untuk membasmi kutu gajah dewasa dan menghentikan perkembangbiakannya.
Kedua gunakan insectisida sistemik satu minggu setelah proses yang pertama. Ini bertujuan untuk membunuh larva yang biasanya hidup didalam pseudobulb atau batang yang tidak mungkin dpt dijangkau insectisida kontak. Dengan insectisida sistemik maka keseluruhan tanaman akan menjadi beracun dan bila larva kutu gajah memakan bagian tanaman itu akan membuatnya keracunan.
Minggu ketiga kembali gunakan insectisida kontak. Hal ini untuk mengantisipasi kalau saja pada minggu-minggu sebelumnya ada telur yang belum menetas dan ada larva yang selamat maka diperkirakan pada minggu ketiga sudah akan menjadi dewasa dan siap menjadi penghancur baru. Dengan insectisida kontak kutu gajah yang baru jadi ini akan kembali dimusnahkan.
Dan yang terahir kembali gunakan insectisida sistemik. Hal ini bertujuan untuk membasmi generasi terahir kutu gajah dalam waktu satu bulan pembasmiannya. Dimana apabila dalam minggu-minggu sebelumnya masih berupa telur maka pada saat proses terahir ini diperhitungkan sudah menetas dan menjadi larva pemakan pseudobulb dan batang.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah penyemprotan harus dilakukan serentak diseluruh bagian kebun, tidak boleh terlewat satupun bagian. Sebaiknya penggunaan insectisida selalu berganti produk karena kutu gajah dikenal adaptif dan pada generasi-generasi berikutnya kutu gajah akan kebal terhadap racun yang sudah pernah digunakan.
Terakhir apabila ada tanaman baru dari luar, rendam dulu dengan insektisida. Biar hama yang terbawa mati, baru dicampur dengan yang lain. Cara ini bisa mencegah penyebaran kumbang gajah dari faktor introduksi tanaman baru.
Demikian ulasan saya tentang kutu gajah dan cara mengatasinya. Semoga bermanfaat bagi rekan semua.
Selamat mencoba.
Salam Peri Hutan